Sunday 24 May 2015

Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Islam Masa Daulah Abbasiyah

Salam sejahtera untuk para siswa-siswi SMPN 6 Karawang Barat, sudah lama sekali tidak bersua lewat dunia maya. Pada Kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan materi pembelajaran tentang Pertumbuhan ilmu pengetahuan masa daulah Abbasiyah. setelah selesai kalian membaca dan menelaah silahkan kerjakan beberapa soal-soal yang telah tersedia. kalian cukup mencetak skornya saja berupa sertifikat yang muncul apabila skornya lebih dari sama dengan 70. bila hasilnya dibawah 70 maka tidak akan muncul sertifikat. 
 Ok, kita lanjutkan saja dengan materi pembelajaran berikut ini :

1. Materi Pemebelajaran : 
 A. Pemerintah Daulah Abbasiyah           
            Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya dari Bani Umayyah. Pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah  berbeda-beda  sesuai  dengan  perubahan  politik, sosial,  dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode: 
a.  Periode  Pertama  (132  -232  H  /  750-847  M),  disebut  periode  pengaruh Arab dan Persia pertama. 
b.  Periode  Kedua  (232-  334  H  /847-945  M),  disebut  periode  pengaruh Turki pertama. 
c.  Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan 
     Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. 
d.  Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung). 
e.  Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Pada awalnya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, Khalifah al-Mansur (khalifah ke-2) memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, yakni Bagdad, dekat bekas ibu kota Persia, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Mansur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. 
Dalam   bidang   pemerintahan,   al-Mansur   menciptakan   tradisi   baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator dari kementerian yang ada. Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekadar untuk mengantar surat, pada masa al-Mansur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah. 
            Pada masa al-Mahdi (khalifah ke-3) perekonomian mulai meningkat dengan  peningkatan  di  sektor  pertanian  melalui  irigasi  dan  peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi. Di samping itu transit perdagangan antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting. 
          Daulah Abbasiyah mengalami masa keemasan pada masa diperintah oleh Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Mamun (813-833 M). Harun ar-Rasyid adalah seorang khalifah yang adil dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Untuk menungkatkan kesejahteraan dan layanan kesehatan, dia mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masa pemerintahannya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. 
          Harun ar-Rasyid juga membangun tempat-tempat untuk pemandian umum utuk rakyatnya. Sungguh pada waktu itu kesejahteraan, sosial, dan kesehatan menjadi perhatian serius pemerintah. Untuk mendukung terwujudnya kemajuan tersebut, pemerintah mendorong tumbuhnya ilmu pengetahuan melalui sektor pendidikan. Perhatian pemerintah terhadap masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan berlanjut pada saat Daulah Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah al-Mamun. Khalifah  al-Mamun  adalah  khalifah  setelah  Harun  ar-Rasyid.  al-Makmun juga dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk keperluan penerjemahan ini ia mendirikan lebaga yang bernama Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan sekaligus berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. 
           Al-Mu’tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktik perang bagi orang-orang muslim sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat. Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan internal Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syiah, dan konflik antarbangsa dan aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.
          Pada masa Daulah Abbasiyah merupakan masa keemasan (The Golden Age) bagi umat Islam. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendekiawan- cendekiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Adapun cendekiawan-cendekiawan Islam pada masa Daulah Abasiyah adalah :
a.  Bidang ilmu Filsafat
Tokoh cendekiawan Islam di bidang  ilmu filsafat ini adalah Abu Nasyar Muhammad bin Muhammad bin Tarhan yang dikenal dengan al-Farabi, Abu Yusuf bin Ishak yang dikenal dengan al-Kindi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusd, Ibnu Bajah dan Ibnu Tufail. 
b.  Bidang ilmu Kedokteran
Tokoh cendekiawan Islam di bidang kedokteran ini adalah Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai bapak ilmu kimia, Hunaian bin Ishak yang dikenal sebagai ahli penerjemah buku-buku asing, Ibnu Sahal, ar-Razi (ahli penyakit campak dan cacar), dan Thabit Ibnu Qurra. 
c.  Bidang ilmu Matematika :
 Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu matematika ini adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (penemu huruf nol) yang dengan bukunya Algebra, Geometri Ilmu Matematika, Umar bin Farukhan (bukunya Quadripartitum), Banu Musa (ilmu mengukur permukaan, datar, dan bulat). 
d.  Bidang ilmu Falak
Tokoh cendekiawan Islam dibidang ilmu Falak ini adalah Abu Masyar al- Falaky (bukunya Isbatul Ulum dan Haiatul Falak), Jabir Batany (membuat teropong bintang), Raihan Bairuny (bukunya al-Afarul Bagiyahainil Khaliyah, Istikhrajul Autad dan lain-lain). 
e.  Bidang ilmu Astronomi
Tokoh cendekiawan Islam di bidang Astronomi adalah al-Farazi (pencipta Astro Lobe), al-Gattani/Albetagnius, al-Farghoni atau Alfragenius. 
f.   Bidang ilmu Tafsir :  
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tafsir ini adalah Ibnu Jarir at-abary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, as-Suda, Mupatil bin Sulaiman, Muhammad bin Ishak dan lain-lain.  
g.  Bidang ilmu Hadis 
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Hadis ini adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, at-Tarmidzi, dan lain-lain 
h.  Bidang ilmu Kalam (tauhid)
Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Kalam ini adalah Wasil bin Atha, Abu Huzail al-Allaf, ad-Dhaam, Abu Hasan al-Asyary, Hujjatul Islam Imam al-Gazali. Pembahasan  ilmu  tauhid  semakin  luas  dibandingkan dengan  zaman sebelumnya.  
i.   Bidang ilmu Tasawuf (ilmu mendekatkan diri pada Allah Swt.) Tokoh cendekiawan Islam di bidang ilmu Tasawuf ini adalah al-Qusyairy dengan karyanya ar-RiŚalatul Qusyairiyah, Syahabuddin dengan karyanya Awariful Maarif, Imam al-Gazali dengan karyanya al-Bashut, al-Wajiz, dan lain-lain.
j.   Para imam Fuqaha (ahli fiqh)
Tokoh cendekiawan Islam para iman Fuqaha ini adalah Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafii, Imam Ahmad bin Hambali, dan para Imam Syiah.  

B. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah 

     Pusat peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah adalah: 

    a.  Kota Bagdad, merupakan ibu kota negara Kerajaan Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur (754 – 775 M) pada tahun 762 M. Kota ini terletak di tepian Sungai Tigris. Masa keemasan Kota Bagdad terjadi pada pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid (786 809M) dan anaknya al-Mamun (813 – 833M). 

   b.  Kota Samarra, letaknya di sebelah timur Sungai Tigris yang berjarak kurang lebih 60  km dari Kota Bagdad. Di kota ini terdapat 17  istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di  kota-kota lain.

Rangkuman 

1.   Kemajuan Islam pada Masa Bani Abbasiyah
Daulah  Abbasiyah  didirikan  oleh  Abdullah  Al-Saffah  pada  tahun132  H /  750  M.  Daulah Abbasiyah  merupakan  kelanjutan  dari  pemerintahan Daulah  Umayyah  yang  telah  hancur  di Damaskus.  Kemajuan  dan perkembangan  pada  periode  Bani  Abbasiyah  dipengaruhi  oleh  dua faktor  yaitu  faktor  internal  (dari  ajaran  agama  Islam)  dan  faktor
eksternal (proses sejarah umat Islam dalam kehidupannya).
2.  Perkembangan Ilmu Pengetahuan  pada Masa Bani Abbasiyah
Pada masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan bagi umat Islam atau yang sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age.
 
Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Bani Abbasiyah
Pusat peradapan  Islam  pada masa Daulah Abasiyah adalah: di Kota Bagdad dan Kota Samarra. Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga aspek peradaban dalam   semua aspek kehidupan, seperti: administrasi pemerintahan dengan biro- bironya, sistem organisasi militer, administrasi wilayah pemerintahan, pertanian,   perdagangan,   dan   industry,   Islamisasi   pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi,  filsafat  Islam,  teologi,  hukum  (fiqh),  dan  etika  Islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.

4.  Hikmah mempelajari sejarah pertumbuhan Ilmu   pada masa Daulah Abbasiyah: meningkatkan keimanan kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, menumbuhkan semangat menuntut ilmu baik ilmu agama maupun ilmu  dunia  seperti yang  telah  dicontohkan  oleh  para  cendekiawan Islam mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam, membina rasa kesatuan dan persatuan umat Islam  dan kerukunan beragama di seluruh dunia yang tidak membeda-bedakan suku, bangsa, negara, warna kulit, dan lain sebagainya.

 2. Menjawab Soal-Soal Berikut ini :

     Silahkan KLIK SOAL_SOAL DISINI



1 comment:

  1. How to Play Free Baccarat - Worrione
    In this baccarat game, the player sets their bet on whether the two winning numbers from the dealer play two or the 바카라 one 제왕 카지노 that wins the bet and wins choegocasino by

    ReplyDelete

Translate