Sunday 6 October 2013

Sejarah NAbi Muhammad SAW

 Inilah materi terakhir kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. 
Mari kita simak film tentang kedatangan NAbi Muhammad SAW di MAdinah berikut ini !!!

1. Membangun Ekonomi dan Perdagangan Masyarakat Madinah

Kegiatan ekonomi menjadi sarana pencapaian kesejahteraan. Nabi Muhammad memperkenalkan sistem ekonomi Islam. Hal ini berawal dari kerjasama antara kaum Muhajirin dan Ansar. Sistem ekonomi Islam yang diperkenalkan, antara lain, syirkah, qirad, khiyar dalam perdagangan. Selain itu, juga dierkenalkan sistem musaqah, mukhabarah, dan muzaraah dalam bidang pertanian dan perkebunan. Para sahabat juga melakukan perdagangan dengan penuh kejujuran. Mereka tidak mengurangi timbangan dalam berdagang.


Sadar akan kepentingan ekonomi itu, para sahabat menjalankannya secara tolong-menolong, sebagaimana difirmankan Allah swt. dalam Q.S. Al-Maidah: 2 

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ


"dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya." (Q.S. Al-Maidah: 2).

Semenjak hijrah ke Madinah, kehidupan berubah. Para sahabat nabi dari kaum Muhajirin bahu membahu dengan penduduk lokal Madinah dari kaum Ansar dalam membangun kegiatan ekonomi. Berbagai bidang digeluti oleh nabi dan para sahabatnya, baik itu pertanian, perkebunan, perdagangan maupun peternakan. Pasar-pasar dibangun di Madinah. Kebun-kebuh kurma menghasilkan panenan yang melimpah. Peternakan kambing menghasilkan susu yang siap dipasarkan maupun hanya sekedar untuk diminum. Dalam sejarah, dikenal tokoh Islam yang terkenal dengan kekayaannya dan kepiawaiannya dalam berdagang dan berbagai bidang lainnya. Mereka adalah Abdurahman bin Auf, Abu Bakar as-Sidik, Umar bin Khattab, dan sebagainya. Mereka sadar akan dapat hidup di Madinah hanya dengan usaha mereka sendiri.

Langkah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah membangun masjid sebagai tempat peribadatan umat Islam, dan membangun komunikasi dalam persatuan dan kesatuan. Kaum Ansar dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin yang rela berhijrah meninggalkan kampung halaman dengan hanya bermodal iman. Warga Madinah yang majemuk, dengan beragam suku dan agama agama, dipersatukan untuk mencapai kepentingan bersama sebagai satu bangsa dan negara.

Dengan persatuan dan kesatuan, masyarakat Madinah telah terikat oleh semangat kebersamaan, menjadi kekuatan penuh untuk meraih keberhasilan pembangunan di berbagai bidang kehidupan.Rasa persatuan dan kesatuan yang berakibat pada keamanan yang kondusif, menjadi modal dasar bagi Rasulullah saw. untuk membawa masyarakat menuju kesejahteraan.

Masyarakat Madinah terus berupaya meningkatkan aktivitas ekonomi dengan etos kerja yang tinggi. Ibadah dan kerja adalah dua jenis aktivitas ukhrawi dan duniawi yang menghiasi hari-hari mereka silih berganti. Beribadah adalah kewajiban vertikal dan bekerja adalah kewajiban horizontal. Allah, misalnya menyebut ibadah salat erat kaitannya dengan perintah bekerja mencari rezeki, seperti tersurat di dalam surah Al-Jumu’ah ayat 11 berikut.

فَإِذَا قُصِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى اْلأَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوْا اللهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ


Artinya :  
"Apabila salat telah ditunaikan, maka menyebarlah kalian di muka bumi, dan carilah karinua (rezki) Allah, dan ingatlah Allah sebanyak mungkin, agar kalian menjadi orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al-Jumu’ah [62] : 10).
Usaha dan kerja keras muslimin, umat dan sahabat Rasulullah saw, telah berhasil dengan gemilang. Dalam waktu yang relatif singkat, ekonomi mereka berkembang dan meningkat. Kurang lebih satu tahun usai negara Madinah, umat Islam, termasuk kaum Muhajirin yang datang tanpa membawa harta, kini telah mempunyai penghasilan lebih untuk keperluan konsumtif maupun produktif. Pada awal tahun kedua Hijrah, Allah swt sudah mewajibkan muslimin membayar zakat. Tentu saja, zakat diwajibkan hanya bagi yang berkecukupan.

2.    Bentuk-bentuk Perjuangan Nabi dan Sahabat di Madinah
Di Madinah, Nabi Muhammad melakukan banyak hal dalam rangka membangun masyarakat Madinah. Adapun usaha-usaha Nabi Muhammad saw. di Madinah adalah sebagai berikut.
  1. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar.
  2. Menjalin hubungan antara kaum Muslimin dan nonMuslim dengan membuat piagam Madinah.
  3. Membentuk komunitas ahlus suffah, yaitu beberapa sahabat Muhajirin yang tidak memiliki tempat tinggal disediakan tempat tinggal di Masjid. Mereka melakukan kegiatan pendalaman agama. 
Adapun perjuangan Nabi Muhammad saw. bersama para sahabat di Madinah dalam bidang ekonomi, di antaranya sebagai berikut. 

  1. Membangun sistem ekonomi yang berbasis prinsip syirkah (kerjasama) atas dasar tolong-menolong. 
  2. Melakukan perdagangan dengan mengedepankan kejujuran, dengan tidak mengurangi timbangan.   
  3. Membangun etos kerja yang tinggi di kalangan kaum muslimin.
  4. Mewajibkan zakat, agar terjadi pemerataan ekonomi di kalangan kaum muslimin, dan peningkatan kesejahteraan bagi fakir miskin. Zakat diwajibkan pada tahun ke-2 hijrah, setelah turun perintah dari Allah.

Hal ini dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. bersama para sahabatnya, karena para pedagang sebelumnya, banyak yang melakukan kecurangan. Kehadiran para sahabat Nabi membawa nilai-nilai kejujuran dalam perdagangan.


Read more: http://www.edupai.web.id

ZAKAT

Sekarang Mari kita membahas Zakat. silahkan pelajari Materi di bawah ini !
1.    Pengertian Zakat
Pengertian Zakat menurut bahasa adalah menyucikan, membersihkan atau tumbuh. Menurut Istilah, zakat artinya kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat. Hukum Zakat adalah fardu ‘ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua Hijriah. Zakat termasuk salah satu rukun Islam yang lima. Jadi, zakat merupakan kewajiban bagi orang-orang yang telah memenuhi kriteria wajib zakat.

Allah swt. berfirman:
وَأَقِيْمُوْا الصَّلٰوةَ وَأَتُوْا الزَّكـٰوةَ

Artinya: 
Kerjakan salat dan keluarkan zakat …” (Q.S. Al-Baqarah: 43)


2.    Macam-Macam Zakat
       Simak terlebih dahulu film tentang Zakat berikut ini ! 
 
Menurut syariat Islam, zakat dibedakan menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah adalah zakat jiwa yang dikeluarkan setelah menyelesaikan puasa Ramadan. Pada setiap hari raya Idulfitri, setiap jiwa diwajibkan mebayar zakat fitrah dari makanan yang untuk mengenyangkan untuk tiap-tiap tempat (negeri). Zakat fitrah berupa makanan pokok seberat 2,5 kg atau 3,1 liter.

Zakat mal adalah zakat harta, yaitu kewajiban mengeluarkan sebagian harta untuk diberikan kepada orang yang berhak menerima. Tujuan pengeluaran zakat mal adalah untuk membersihkan harta. Harta benda yang wajib dizakati adalah harta yang sudah mencapai nisab.

3.    Dalil Zakat Fitrah dan Zakat Mal
Berikut Hadis tentang kewajiban zakat fitrah.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكـٰوةُ الْفِطْرِ طُهْرَةٌ لِلصَّائِمِ وَطُعْمَةُ لِلْمَسَاكِيْنِ فَمَنْ أَدَاهَا قَبْلَ الصَّلٰوةَ فَهِيَ زَكـٰوةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَن ْأَدَاهَا بَعْدَ الصَّلٰوةَ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ. (رواه أبوداود وابن ماجه)

Artinya: “Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Telah diwajibkan oleh Rasulullah saw. Zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang puasa dan memberi makan bagi orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum salat hari raya, maka zakat diterima; dan barang siapa membayarnya sesuah salat, maka zakat itu sebagai sedekah  biasa.” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Berikut dalil tentang kewajiban zakat mal.

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْقلى إِنَّ صَلوتَكَ سَكَنٌ لَهُمْقلى وَاللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ.
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. At-Taubah [9]: 103).

4.    Harta yang Wajib Dizakati
a.    Binatang ternak 

Binatang ternak yang wajib dizakati adalah unta, sapi, kerbau, kambing baik yang diternakkan sendiri maupun secara berserikat.

Syarat wajib zakat binatang ternak adalah
1)    Islam,
2)    merdeka,
3)    milik yang sempurna,
4)    cukup satu nisab,
5)    sampai satu tahun lamanya dipunyai,
6)    digembalakan di rumput yang mubah..

b.    Emas dan perak

...وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِى سَبِيْلِ اللهِلا فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٌ.

… dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (Q.S. At-Taubah [9]:34)

Syarat wajib zakat emas dan perak adalah
1)    Islam,
2)    merdeka,
3)    milik yang sempurna,
4)    cukup satu nisab,
5)    sampai satu tahun lamanya disimpan.

c.     Biji makanan yang mengenyangkan 
Biji makanan yang wajib dizakati adalah beras, jagung, gandum, adas, dan sebagainya.
Read more: http://www.edupai.web.id/2012/05/zakat.html#ixzz2h0mJCXX4

Puasa



Selamat Berjumpa lagi anak-anak, Kita lanjutkan belajar PAInya. sekarang ini kita akan belajar materi PUASA. kita lihat video di bawah ini :
 dari video tersebut dapat kita uraikan sebagai berikut !

A. PUASA WAJIB
1. Pengertian Puasa Wajib
Menurut bahasa, puasa atau shaum artinya menahan sesuatu, sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa sesuai dengan ketentuan syara’. Puasa wajib adalah puasa-puasa yang wajib dikerjakan menurut syara’. Adapun puasa yang hukumnya wajib adalah puasa ramadan, puasa nazar, dan puasa kifarat.
Puasa dikerjakan pada waktu siang hari, dengan menahan diri dari makan dan minum serta segala sesuatu yang membatalkannya. Berpuasa dikerjakan mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Hal yang harus diperhatikan selain menahan dari makan dan minum, juga harus mengendalikan diri dari hawa nafsu.

Perintah berpuasa ditetapkan oleh Allah swt. kepada Umat Muhammad saw. dan umat-umat terdahulu. 


Allah swt. berfirman. 

يٰآءَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنلا
Artinya: 
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah [2] : 183). 


2. Puasa Ramadan
Puasa Ramadan adalah puasa wajib yang dikerjakan pada bulan Ramadan. Pada bulan ini, Allah swt. menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Oleh karena itu, Allah swt. memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada bulan diturunkannya Al-Qur’an tersebut, yaitu bulan Ramadan. Allah swt. berfirman:


Artinya:
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan  Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir  di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.  Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185).

Rasulullah saw. Melaksanakan puasa Ramadan sebanyak sembilan kali, delapan kali 29 hari, dan hanya satu kali 30 hari.

3. Puasa Kifarat

Puasa kifarat adalah puasa wajib yang dilakukan sebagai tebusan atas perbuatan yang melanggar hukum Allah swt. Misalnya, seseorang yang melanggar larangan ihram dalam Haji, wajib membayar denda dan berpuasa kifarat. 

4. Puasa Nazar
Nazar adalah janji tentang kebaikan yang asalnya tidak wajib menurut syara’, sesudah dinazarkan, maka menjadi wajib, misalnya nazar untuk berpuasa. Puasa Nazar adalah puasa yang wajib dikerjakan oleh seseorang yang bernazar tentang sesuatu hal, dan nazarnya terpenuhi. Jika nazarnya tidak terpenuhi, tidak diwajibkan berpuasa. Nazar tersebut tidak boleh menyalahi syara’. Seseorang yang bernazar ingin berpuasa, jika keinginannya terpenuhi, maka baginya wajib berpuasa sesuai dengan nazarnya itu. 


Artinya:
Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. (Q.S. Al-Insan [76] : 7)



Barangsiapa bernazar akan menaati Allah (mengerjakan perintah-Nya), hendaklah dia kerjakan. (Q.S. Al-Insan [76] : 7).

B. PUASA SUNAH
Beberapa puasa sunah yang dianjurkan untuk dilaksanakan sebagai berikut.
a. Puasa Senin - Kamis
Puasa Senin-Kamis hukumnya sunah. Sebagaimana namanya, puasa ini dilakukan tiap hari Senin dan Kamis

b. Puasa Syawal 
Puasa ini dikerjakan pada bulan Syawal, setelah kita selesai mengerjakan puasa Ramadan. Cara melaksanakannya, boleh dikerjakan pada hari yang berurutan maupun berselang.

c. Puasa Asyura
Puasa ini dikerjakan pada tanggal 10 Muharram.

d. Puasa Arafah
Puasa ini dikerjakan pada hari Arafah yaitu tanggal 9 Zulhijah. Bagi yang tidak mengerjakan haji disunahkan untuk berpuasa. Bagi yang mengerjakan ibadah haji, tidak disunahkan berpuasa

Macam-Macam Sujud

Semoga hari ini kita menjadi orang yang bisa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Kali ini kita akan belajar materi Macam-Macam Sujud, untuk lengkapnya silahkan baca materinya dibawah ini !!!. 
1.   Sujud Syukur 
Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan ketika mendapat kenikmatan dari Allah swt.. Sujud ini dilakukan sebagai tanda terima kasih kepada-Nya atas kenikmatan atau karena terhindar dari kesusahan yang besar. Sujud syukur hukumnya sunnah. Sujud syukur dilakukan ketika kita mendapat berbagai nikmat. Contohnya, sujud syukur dilakukan apabila kita naik kelas, atau mendapat prestasi yang baik dalam belajar, lulus ujian. Kesemuanya perlu disyukuri.
Sujud syukur merupakan satu kebiasaan yang dikerjakan oleh Rasulullah saw. ketika beliau memperoleh anugrah nikmat dari Allah swt.. Sebagaimana dalam riwayat berikut.
عَنْ اَبِى بَكْرَةً اَنَّ النَّبِيَّ ص.م. كَانَ إِذَا اَتَاهُ اَمْرٌ يَسُرُّهُ اَوْ بُشْرَى بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شُكْرًا ِللهِ 
Dari Abu Bakrah, “Sesungguhnya apabila datang kepada Nabi saw sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka, beliau langsung sujud berterima kasih kepada Allah. (H.R. Abu Dawud dan Tirmizi).
Syarat-syarat sujud syukur sebagaimana syarat salat, seperti suci dari hadas dan najis, menghadap ke kiblat serta menutup aurat. Sedangkan rukun sujud syukur, yaitu: 1) Niat, 2) takbiratul ihram, 3) sujud, dan 4) memberi salam sesudah duduk.
Lafal yang dibaca ketika melakukan sujud syukur adalah
رَبِّى اَوْزِعْنِى اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَه وَاَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ الصَّلِحِيْن 
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (Q.S. An-Naml [27]: 19)
Lafal sujud syukur ini adalah doa Nabi Sulaiman a.s. yang diabadikan dalam Al-Qur’an Surah an-Naml: 19. Ketika itu Nabi Sulaiman a.s. tersenyum mendengar percakapan semut yang hendak melindungi diri karena kedatangan pasukan Sulaiman melewati sarangnya. Oleh karena itu Nabi Sulaiman bersyukur kepada Allah swt. atas ilham yang telah dianugerahkan-Nya kepada Nabi Sulaiman.
Sujud syukur juga sering dilakukan oleh para sahabat Nabi. Sebagai contoh adalah Abu Bakar as-Sidik melakukan sujud syukur ketika mendengar kematian Musailamah al-Kazab; kemudian Ali bin Abi Talib bersujud syukur ketika menemukan mayat Dzat Tsudayah diantara orang-orang khawarij yang tewas terbunuh; Ka’ab bin Malik melakukan sujud syukur ketika mendengar berita tentang tobatnya diterima oleh Allah swt. 
2. Sujud Sahwi  
Sujud sahwi yaitu mengerjakan sujud dua kali yang dikerjakan sebelum salam setelah selesai membaca bacaan tasyahud akhir. Sujud ini dilakukan karena ada keraguan atau ada yang terlupa dalam mengerjakan salat.
Sebab-sebab dilakukannya sujud sahwi adalah sebagai berikut.
  1. Kekurangan atau kelebihan rakaat, rukuk, atau sujud karena lupa. Apabila kekurangan maka jumlah rakaatnya dipenuhi dahulu. 
  2. Ragu-ragu (syak) tentang bilangan rakaat yang telah dikerjakan. 
  3. Lupa belum membaca tasyahud awal 
Sebab-sebab dilakukannya sujud sahwi adalah sebagai berikut.  Cara melaksanakan sujud sahwi adalah sebagai berikut. 
  1. Apabila merasa ragu akan bilangan rakaat, maka pilihlah yang paling sedikit, kemudian disempurnakan jumlah rakaatnya, kemudian sujud sahwi sebelum memberi salam. 
  2. Apabila jumlah rakaatnya kurang, maka harus dicukupi terlebih dahulu. 
  3. Apabila belum membaca tasyahud awal, setelah teringat dan belum berdiri tegak, masih boleh mengerjakan tasyahud awal. Akan tetapi bila sudah terlanjur berdiri tegak, tasyahud awal dilampaui saja. 
 
Bacaan pada saat melaksanakan sujud sahwi adalah
سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنَامُ وَلَا يَسْهُوْا.
Artinya: Mahasuci Allah swt. yang tidak tidur dan tidak lupa. 
Sujud sahwi dilakukan sebelum salam, tetapi boleh juga dilakukan sesudah salam. Hukum sujud sahwi adalah sunah. Sujud sahwi dilakukan sama dengan sujud rukun, yaitu dua sujud dengan duduk di antara kedua sujud yang bacaannya sama dengan duduk di antara dua sujud pada waktu salat.
3.   Sujud Tilawah 
Sujud tilawah artinya sujud bacaan, yaitu sujud yang sunah dikerjakan ketika seseorang membaca ayat-ayat sajdah. Begitu pula orang yang mendengar bacaan ayat-ayat tersebut. Apabila ayat-ayat sajdah dibaca dalam salat, maka apabila imam melakukan sujud tilawah, makmumnya juga mengikuti untuk sujud tilawah. Akan tetapi apabila imam tidak membaca sujud tilawah, yang mendengarkan tidak disunahkan sujud.
Ayat-ayat sajdah adalah ayat-ayat yang memuat lafal سَجَدَ – يَسْجُدُ – أَسْجُدُ .
Dalam sebuah hadis, Tirmizi meriwayatkan sebagai berikut.: 
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ ص.م. كَانَ يُقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْأَنَ فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ (رواه الترمذى) 
Dari Ibnu Umar, “Sesungguhnya Nabi saw. Pernah membaca Al-Qur’an di depan kami. Ketika bacaannya sampai pada ayat Sajdah, beliau takbir, lalu sujud, maka kami pun sujud bersama-sama beliau.” (H.R. Tirmizi).
Adapun bacaan untuk sujud tilawah adalah
سَجَدَ وَجْهِىَ لِلَّذِى خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِه. 
Aku sujud kepada Tuhan yang menjadikan diriku, Tuhan yang membukakan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan-Nya. (H.R. Tirmizi).
Syarat-syarat sujud tilawah sebagaimana syarat salat, seperti suci dari hadas dan najis, menghadap ke kiblat serta menutup aurat. Sedangkan rukun sujud tilawah di luar salat, yaitu: 1) Niat, 2) takbiratul ihram, 3) sujud, 4) memberi salam sesudah duduk. 

Latihan Soal Macam-macam Sujud
Read more: http://www.edupai.web.id/

Translate